English | Bahasa Indonesia

Detail Berita

Gelar SNP2M 2019, PNUP Perkuat Sinergi dengan Pemerintah dan Dunia Industri

02 Nov 2019 - 23:35 WITA · 03 Nov 2019 - 08:23 WITA · PUBLIC RELATION · 3,679

Pendidikan tinggi, pemerintah, dan dunia industri merupakan tiga komponen penting yang apabila saling bersinergi akan melahirkan berbagai kebijakan inovasi yang merupakan hasil interaksi antar elemen masyarakat. Berdasarkan hal tersebut, Unit Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Politeknik Negeri Ujung Pandang (UPPM PNUP) menggelar Seminar Nasional Hasil Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (SNP2M) 2019 selama dua hari bertempat di Hotel Singgasana, Sabtu-Ahad (2-3/11).

Seminar kali ini mengusung tema "Sinergitas Pendidikan Tinggi, Pemerintah, dan Dunia Industri Mendorong Penelitian Inovatif". "Seminar nasional ini dimaksudkan sebagai salah satu bentuk diseminasi penelitan dan pengabdian kepada masyarakat untuk berbagi pengalaman dan ide-ide kreatif dan inovatif di bidang keteknikan dan sosial sains", demikian disampaikan oleh Prof. Ir. Muhammad Anshar, M.Si., Ph.D., selaku Direktur PNUP saat membuka acara.  Ditambahkan lagi bahwa seminar nasional ini juga merupakan forum ilmiah untuk memberi kesempatan kepada para peneliti dan pelaksana pengabdian dari berbagai kalangan/pihak seperti akademisi, pemerintah, dan dunia industri untuk merintis kerjasama yang saling menguntungkan.

Sementara itu Ir. Suryanto, M. Sc., Ph. D., selaku Kepala UPPM PNUP menyampaikan apresiasi yang besar atas kerja keras panitia pelaksana yang telah merealisasikan kegiatan ini. Sejak digelar empat tahun silam, jumlah peserta SNP2M selalu mengalami peningkatan setiap tahunnya. Pada gelaran SNP2M 2019 tercatat 53 perguruan tinggi/instansi se-Indonesia yang ikut ambil bagian dengan jumlah peserta sebanyak 383 orang. SNP2M 2019 PNUP menghadirkan dua narasumber yang bertindak sebagai keynote speaker yaitu Prof. Dr. Ismunandar yang merupakan Dirjen Pembelajaran dan Kemahasiswaan Kemenristek dan Mr. Roman Marian Ragus yang merupakan praktisi industri  sekaligus konsultan. Terkait dengan hal inovatif, Ismunandar memaparkan bahwa akibat dampak revolusi 4.0, maka diperkirakan sekitar 23 juta pekerjaan yang bersifat repetisi atau berulang-ulang seperti data entry, payroll officer, machine operator, dan sejenisnya yang ada saat ini akan digantikan secara otomasi pada 2030. Di lain sisi, pekerjaan di sektor kesehatan, konstruksi, manufaktur, dan ritel akan mengalami peningkatan permintaan tenaga kerja. Untuk itu dirinya berharap agar pendidikan tinggi makin inovatif guna menghadapi tantangan tersebut dan mampu menyesuaikan diri dengan perubahan di dunia industri yang bergerak sangat dinamis.

Mewakili dunia industri, Mr. Roman memaparkan bahwa berbagai peluang selalu terbuka di berbagai sektor industri yang tentunya selalu membutuhkan inovasi teknologi. Peluang tersebut tentunya harus pandai dibaca dan dimanfaatkan oleh pihak pendidikan tinggi. Keterlibatan industri memastikan bahwa penelitian inovatif memiliki fokus inovasi yang aplikatif sehingga memberikan kontribusi untuk memperkuat basis industri negara dimana pemerintah menjamin dan menjaga stabilitas hubungan keduanya dengan regulasi kondusif.